PRABA INSIGHT – Ketika Ketua Umum PSSI Erick Thohir melempar tantangan terbuka kepada Malaysia untuk adu kuat lawan Timnas Indonesia, yang terjadi bukan euforia, tapi gelombang ke-baper-an dari netizen Malaysia.
Ya, beginilah jadinya kalau rivalitas klasik antara dua negara bertetangga kembali diungkit ke permukaan.
Rencana duel Timnas Indonesia vs Malaysia ini bukan sembarang laga uji coba. Rencananya, pertandingan akan digelar dalam format turnamen mini pada FIFA Matchday September 2025.
Indonesia, Malaysia, dan Lebanon jadi tiga negara yang diundang. Turnamen ini pun langsung menyita perhatian karena membawa bumbu nostalgia rivalitas Asia Tenggara yang tak pernah basi.
Informasi soal undangan ini awalnya nongol dari akun Instagram @seasiagoal, yang menyebut bahwa PSSI sudah mengirim surat resmi ke federasi sepak bola Malaysia dan Lebanon.
Tapi tentu saja, turnamen ini masih bersifat tentatif menunggu kepastian apakah Indonesia melaju ke babak keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 yang bakal dimulai Oktober mendatang.
Namun yang menarik bukan soal teknis pertandingan, tapi bold move dari Erick Thohir.
Dengan semangat penuh testosteron diplomasi olahraga, ia menyebut ingin menguji nyali Malaysia.
“Kayaknya kita sudah kangen juga lawan Malaysia, sudah cukup lama. Ya tes nyalilah sama-sama. Kalau Malaysia mau. Kalau Malaysia enggak mau, ya enggak apa-apa, mungkin lain kali,” ujar Erick ke awak media, Jumat, (09/05) dengan nada santai, tapi mengandung jebakan psikologis.
Erick sadar betul bahwa laga lawan Malaysia bukan cuma tentang sepak bola. Ini tentang identitas, harga diri, dan tentu saja konten seru buat netizen.
Indonesia-Malaysia itu ibarat Real Madrid vs Barcelona-nya Asia Tenggara. Di mana ada peluang adu gengsi, di situ ada api semangat membara.
Sayangnya, respons dari negeri jiran justru bikin dahi berkerut. Alih-alih menerima tantangan dengan semangat sportif, sebagian netizen Malaysia malah merendahkan Timnas Indonesia.
“Maaf, pasukan kebangsaan kami tak level melawan pasukan kebangsaan you Mr Erick,” tulis seorang netizen dengan nada tinggi hati.
Yang lain menimpali, “Harimau Malaya tak perlu turnamen macam ini. Kita jauh level. Maaf cakap.”
Ini lucu sekaligus ironis. Malaysia yang beberapa tahun terakhir belum juga menembus dominasi ASEAN, kini malah bicara soal “beda level”.
Mungkin mereka lupa, dalam sepak bola, yang sering merasa superior biasanya yang paling takut kalah.
Kalau dipikir-pikir, strategi Erick cukup jitu. Dengan satu undangan uji coba, ia bisa mengukur kekuatan Timnas, menjaga ranking FIFA, dan menghangatkan kembali rivalitas yang bisa jadi sumber motivasi pemain. Plus, bonusnya: engagement media sosial naik drastis. Cerdas!
Lalu bagaimana dengan Malaysia? Ya, silakan saja menolak. Tapi jangan salahkan kalau Timnas Indonesia makin percaya diri dan publik makin greget. Karena kadang, pertandingan yang paling seru adalah yang dimulai dari komentar pedas netizen.